Dalil Shalat Nisfu Syaban, Begini Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Suatu ketika nabi diundang makan di rumah sahabat, dikasi makanan huzairah, daging yang dipotong-potong yang ducampur dengan gandum. Selesai nabi makan nabi bertanya kepada tuan rumah, dimana kau mau aku boleh shalat di rumahmu ini?, lalu nabi shalat dan mendoakan yang punya rumah

M. Iqbal
Selasa, 07 Maret 2023 | 15:13 WIB
Dalil Shalat Nisfu Syaban, Begini Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Ustadz Abdul Somad dalam sebuah pengajian (Instagram)

NTB.Suara.com – Pada setiap tanggal 15 Sya’ban atau dua minggu sebelum  bulan Ramadhan, sebagian masyarakat muslim Indonesia terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama dan Nahdlatul Wathan biasanya melaksanakan sholat sunnah Nisfu Sya’ban di masjid dan mushalla.

Sebagian memperdebatkan dalil shalat nisfu sya’ban ini. Ustadz Abdul Somad, Ulama asal Pekanbaru memberi penjelasan soal shalat sunnah di malam nisfu sya’ban. Menurut UAS, terdapat dalil umum yang menjadi landasan shalat sunnah nisfu sya’ban.

“Suatu ketika nabi diundang makan di rumah sahabat, dikasi makanan huzairah, daging yang dipotong-potong yang ducampur dengan gandum. Selesai nabi makan nabi bertanya kepada tuan rumah, dimana kau mau aku boleh shalat di rumahmu  ini?, lalu nabi shalat dan mendoakan yang punya rumah,” jelas UAS dalam ceramahnya yang dikutip dari youtube hamba Allah.

UAS menjelaskan nabi tidak menjelaskan jika shalat sunnah yang dia lakukan di malam nisfu sya’ban tersebut merupakan shalat nisfu sya’ban. Tetapi perbuatan nabi tersebut merupakan hadits fi’liyah, dan teks hadisnya ada dalam musnad Imam Ibnu Hambal atau Imam Hambali. Hadits ini menjadi landasan atau dalil umum bagi umat islam yang mentradisikan shalat sunnah nisfu sya’ban.

Baca Juga:Sering Dehidrasi? Ini 6 Cara Ampuh agar Cairan Tubuh Tetap Terpenuhi

“Orang yang berwudhu, setelah berwudhu shalat dua rakaat, lalu dia berdoa, nabi taka da menyebut shalat sunnah nisfu sya’ban, dalilnya umum,” jelas UAS.

UAS menjelaskan Ulama yang menamakan istilah shalat sunnah Nisfu Sya’ban untuk memudahkan ummat islam memahami ajaran Nabi. Tradisi perayaan malam nisfu sya’ban sudah ada sejak zaman tabi’in. Menurut UAS para tabi’in di negeri syam yang meliputi Suriah, Yaman, Palestina memulai tradisi perayaan malam nisfu sya’ban dengan memperbanyak shalat sunnah dan berzikir.

“Para ulama salaf berbeda pendapat soal perayaan malam nisfu sya’ban, ada ikhtilaf antara ulama salaf di negeri syam dan di Makkah Madinah. Ulama salaf Makkah Madinah malam nisfu sya’ban dihidupkan di rumah masing-masing. Kenapa berbeda? Karena ulama salaf di Makkah Madinah tidak punya tetangga kafir sehingga tidak perlu menonjolkan syiar islam. Sedangkan ulama salaf di Syam bertetangga dengan Romawi sehingga harus menunjukkan syiar, menunjukkan kekuatan,” jelas UAS. (*)

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak