NTB.Suara.com - Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan Presiden Jokowi, ayahnya. Dia ogah bertele-tele seperti Jokowi. Dia lebih memilih Luhut Binsar Pandjaitan sebagai role model (panutan) karena tegas.
Pengakuan tersebut disampaikan anak sulung Jokowi itu dalam talkshow di Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo. Di depan ribuan tamu undangan, Gibran menjawab pertanyaan soal gaya kepemimpinannya apakah terpengaruh Jokowi. Ditanya begitu, dia mengungkap hal yang mengejutkan.
"Saya punya role model (panutan) yang lain," kata Gibrak disambut tawa dilihat dari kanal Youtube berita surakarta, Kamis (16/3/2023).
Dia pun menyinggung soal gaya kepemimpinan Jokowi saat menjadi wali kota Surakarta. Gibran menyebut, untuk memindahkan pedagang kaki lima (PKL), Jokowi menggunakan cara mengundang makan malam para PKL.
Baca Juga:Chanel dan Dior, Deretan Tas Mewah Milik Putri Presiden Jokowi
“Dulu zamannya Bapak, memindahkan PKL, bapak dulu caranya makan malam berapa kali. 59 kali. Kalau saya nggak. Saya tanpa makan malam. Tahu sendirilah caranya seperti apa kalau di tempat saya, gak pakai makan malam, tanpa kompromi,” tandas dia.
Dia mengatakan, approach atau pendekatannya beda. Sehingga role model atau panutannya pun berbeda. Ayah dari Jan Ethes dan La Lembah Manah ini menyebutkan sosok yang menjadi panutannya dalam memimpin.
"Misalnya Pak Luhut, itu idola," kata dia membuat hadiri tertawa.
Dia serius ketika menyebut nama Luhut sebagai role model. Katanya, Luhut menjadi panutan karena kalau diberi tugas bisa menyelesaikan.
"Kan image-nya Pak Luhut kan menteri segala urusan, ya. Tapi semua urusan selesai di beliau, itu lho," tandas dia.
Baca Juga:Cek Fakta: Jokowi Beri Hadiah Bharada E Berkat Kejujurannya
Selaih Luhut, Gibran menyebut sosok panutan lainnya. Lagi-lagi bukan Jokowi. Dia menyebut sosok idolanya yang lain adalah Erick Thohir, Menteri BUMN yang saat ini juga menjad Ketua Umum PSSI.
"Pak Erick Tohir, beliau kemarin ke Solo untuk ngecek venue Piala Dunia, kita jadi tempat final, ya. Makanya jangan aneh-aneh dulu," tandasnya.
Gibran sempat mencontohkan bagaimana gaya tegas dia pakai saat memimpin Surakarta. Sala satunya menaikkan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar 400 persen. Dia menyatakan kalau sudah A, ya, A. Tidak ada kompromi.
Begitu juga jika ada proyek pembangunan bila konsekuensinya adalah menggusur PKL, maka dia lakukan. Tanpa kompromi.
Pernyataan Gibran ini mengundang pro dan kontra. Ada yang menyebutkan sebagai pemimpin tegas, namun sebagian lagi menyebut sebagai pemimpin otoriter.
“Pengakuan yang tulus seorang walikota Solo, role model-nya ternyata bukan presiden NKRI, tapi seorang Opung bernama Luhut Binsar Pandjaitan,” tandas GKPO Sulaiman
“Sekilas juga ada gaya kepemimpinan dari BTP,” tandas Angga Surahman
“Bahkan role modelnya pun, justru sang maha patih, bukan bapaknya. Hahahaha. Luar biasa walkot muda satu ini,” tandas leonard
“Idolaku sama idolané mas Gibran ternyata sama. Pak Luhut B P teges, sat-set diayahi kabeh ning beres. Opung Luhut emang best tenan,” kata Kekekoki Kauai
“Kok kesannya otoriter, ya, PBB naik 400 persen? Pokoke segitu,” tuding ikbal abbas. (*)