NTB.Suara.com - Hampir semua agama mengenal puasa atau menahan diri dari berbagai hal. Terutama makanan. Dalam agama Buddha, juga ada laku puasa.
Bhante Pannavaro Mahathera kepada Achmad Munjid menjelaskan umat Buddha juga memiliki laku atau praktik keagamaan yang disebut dalam bahasa Sansekerta yakni upowasa atau dalam bahasa Pali disebut Uposatha.
“Umat Buddha dianjurkan untuk menjalankan atau praktik puasa pada hari-hari tertentu,” tandas Bhante Pannavaro Mahathera melalui kanal Youtube vdk Channel 28 Mei 2021, dikutip, Selasa (21/3/2023).
Dia mengatakan, yang dianjurkan pada kitab suci adalah pada bulan purnama sempurna, paroh gelap (seminggu setelah Purnama), kemudian bulan gelap, dan paro terang (seminggu setelah bulan gelap). Sekadar diketahui, Bulan Purnama dalam penanggalan dalam Buddha adalah akhir bulan, sehingga, tanggal 1 adalah sehari setelah Bulan Purnama.
Baca Juga:Pasti Seruuu, Raffi Ahmad-Nagita Slavina Duet Jadi Host Acara Ramadhan
“(Puasa) sehari semalam. Mulai pada saat terang tanah, yaitu saat dau-daun sudah tidak terlihat hitam, tapi sudah terlihat hijau, itu adalah awal dari hari. Akhirnya besok menjelang terang tanah,” tandasnya.
Dalam sehari semalam melakukan puasa. Dalam sebulan 4 kali. Jika dijumlahkan, dalam satu tahun terdapat 48 hari Uposatha.
Walau begitu, Bhante Pannavaro mengatakan, lazimnya atau umumnya umat Buddha melakukan pada bulan Purnama dan bulan gelap atau sebulan dua kali.
“Itu pun tidak banyak. Karena puasa yang saya sebutkan itu tidak diwajibkan. Kalau saya boleh pinjam istilah umat Muslim, itu sunah,” tandasnya.
Dalam berpuasa, umat Buddha tidak boleh makan, namun masih boleh minum. Selain itu, juga ada delapan aturan moralitas (Atthasila). Yakni tidak membunuh makhluk hidup, tidak mencuri, tidak melakukan hubungan seksual, tidak bohong.
Selain itu, juga tidak minum-minuman keras maupun obat-obat yang dapat melemahkan kesadaran, tidak makan setelah lewat tengah hari, tidak menikmati hiburan (tarian, musik, pertunjukan, dan sejenisnya) dan memakai wangi-wangian maupun kosmetik untuk mempercantik diri.
Bahkan, dalam puasa ala Buddha ini ada pantangan atau menghindari penggunaan tempat duduk dan tempat tidur yang mewah. (*)