NTB.Suara.com - Penggunaan alat kontrasepsi pada pria untuk berhubungan seks risikonya lebih kecil dibandingkan pada perempuan. Hal itu dikatakan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta, Shodiqin.
"Alat kontrasepsi pada pria jauh lebih kecil risikonya, seperti kondom, itu nyaris tidak berisiko, karena jarang ditemui pengguna menderita alergi lateks," kata Shodiqin, seperti dikutip dari Antara, Minggu (7/5/2023).
Ia menjelaskan kontrasepsi dengan Metode Operasi Pria (MOP) seperti vasektomi juga hanya meliputi operasi ringan dengan pembiusan lokal. Cara itu bisa selesai dalam waktu kurang dari 20 menit jika tidak ada faktor yang menyulitkan.
Shodiqin menambahkan dalam vasektomi tidak ada organ yang diambil atau dibuang karena yang dilakukan adalah memotong dan mengikat saluran sperma agar air mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma.
"Hal itu terjadi karena tidak bisa bergabung dengan air mani, maka selanjutnya diserap oleh peredaran darah untuk dimanfaatkan sel-sel atau jaringan yang membutuhkan," ujarnya.
Shodiqin menyebutkan persentase pria yang menjadi peserta Program Keluarga Berencana (KB) masih sangat rendah.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017 menyebutkan hanya sekitar 2,7 persen pria mengikuti program KB, meliputi 2,5 persen pengguna kondom dan 0,2 persen pengguna metode MOP jenis vasektomi.
Data dalam Sistem Informasi Keluarga BKKBN tahun 2022 mencatat ada 2,2 persen pria menggunakan kondom dan 0,25 persen pria menjalani vasektomi.
Persentase pria menjadi peserta Program KB pada 2022 tercatat baru mencapai 2,48 persen. Angka tersebut belum sampai separuh dari target sebesar 5,33 persen.
Baca Juga:Izin Perusahaan yang Lecehkan Karyawati di Cikarang Terancam Dievaluasi hingga Dicabut
"Hal itu disebabkan adanya mitos bahwa vasektomi sama seperti kebiri, yang menyebabkan hilangnya gairah. Tokoh dan pemuka masyarakat juga masih jarang menjadi teladan dalam program KB. Itu juga menjadi penyebab masih rendahnya capaian KB pria, khususnya vasektomi," pungkas Shodiqin. (*)