NTB.Suara.com - Tradisi Peresean yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak, di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini dikenal sebagai pemacu adrenalin bagi yang menonton.
Pasalnya, tradisi Peresean yang dilakukan antara dua lelaki dengan bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal serta keras (perisai disebut ende) ini adalah pertarungan yang sengit.
Para petarung yang dikenal pepadu ini akan berlomba untuk menyerang dan melukai tubuh lawan hingga mengeluarkan darah. Seperti pertarungan pada umumnya, Peresean juga diawasi wasit yang biasa disebut pekembar selama pertarungan berlangsung.
Seperti dilansir NTB.Suara.com melalui laman resmi ntbprov.go.id, Rabu (17/5/2023) dalam pertarungan tersebut, akan ada dua pekembar. Pertama, pekembar sedi yang bertugas mengawasi jalannya pertarungan dari luar arena. Kedua, pekembar tengah yang mengawasi jalannya Peresean dari tengah arena.
Baca Juga:Jadwal Sudirman Cup 2023 Hari Ini 18 Mei 2023 Live Indonesia vs Thailand
Tradisi Peresean yang dilakukan masyarakat Suku Sasak, di Pulau Lombok, NTB bisa ditemui pengunjung bersamaan dengan tradisi Bau Nyale, yaitu setiap tanggal 20 pada bulan ke 10 menurut penanggalan masyarakat Sasak.
Masyarakat Sasak akan menggelar kegiatan tersebut secara rutin demi melestarikan seni dan budaya.
Bagi pengunjung yang tertarik, tentu ini akan jadi pengalaman yang berharga selain menikmati keindahan alam di tanah Lombok, NTB.
Sebab, berlibur di NTB tak harus ke tempat indah, menyaksikan tradisi Peresean yang penuh akan kekayaan budaya juga bisa jadi pilihan. (Riadin Asy/*)
Baca Juga:Bagus Kahfi Tinggalkan Eropa, Pilih Pulang ke Barito Putera
